skip to Main Content

Act, Count, Think Menurut Perspektif Islam

  • uai

Seorang muslim percaya bahwa totalitas hidupnya adalah milik Allah. Statemen seorang muslim adalah “ … sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam.” (Q.S Al-An’am: 162).  Pengejawantahan dari kepercayaan itu seharusnya tergambar dari caranya bertindak (act), menghitung (count) dan berpikir (think).

Act: Khalifah di Muka Bumi

            Manusia adalah khalifah di muka bumi. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi.” (Q.S. Al Baqarah: 30). Kekhalifahan manusia ini menuntutnya untuk memelihara dan menghantarkan segala yang berwujud di dunia ini sesuai dengan tujuan penciptaanya.

Oleh karena itu, manusia harus bertindak selayaknya khalifah di muka bumi yang menebarkan kedamaian untuk alam semesta dan menghadirkan kesejahteraan bagi umat manusia. Manusia harus menghentikan tindakan-tindakan eksploitatif yang merusak alam dan meningkatkan ketimpangan dan kesengsaraan terhadap manusia lainnya yang lebih lemah.

            Apabila membaca Laporan Sustainability Development Goals (SDGs) 2019, maka tugas-tugas manusia sebagai khalifah masih jauh dari tujuan: sekitar 736 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem; 149 juta anak di bawah 5 tahun mengalami gizi buruk; 750 juta orang dewasa masih illiterate; 785 juta orang tidak mendapatkan pelayanan air minum dasar;  dan 840 juta orang belum tersentuh listrik.

Count: Siapakah yang Bangkrut?

Krisis terbesar umat manusia berasal dari dirinya sendiri. Sejarah kebangkrutan manusia melibatkan keangkuhan (Fir’aun) dan keserakahan (Qarun). Bahkan ketika diartikan secara teknis keuangan, menurut American Bankruptcy Institute (1999), “bankruptcy is about people – people who have problems.”

Nabi pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian siapakah yang dinamakan  orang bangkrut? Sahabat menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami adalah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.

Nabi menjelaskan: sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka, dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka. Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.

Think: Semata-Mata Karena Allah

            Pada akhirnya, semua daya upaya kita sebagai manusia yang dibebankan tugas sebagai khalifah adalah berpikir semata-mata karena Allah. Apalagi tentu kita tidak ingin menjadi manusia yang dikategorikan bangkrut dan merugi di akhirat kelak. Di bulan Ramadhan penuh berkah ini, perlu kita renungkan kembali firman Allah SWT:

“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang diantara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (Q.S. Thaha:6)

Jumansyah (Ketua Program Studi Akuntansi FEB-UAI)

Universitas Al Azhar Indonesia

Program Studi Akuntansi

Back To Top