skip to Main Content

Beban Kuliah Ditinjau Ulang agar Fokus Kualitas

  • uai

JAKARTA, KOMPAS- Beban kuliah mahasiswa jenjang sarjana (S-1) di perguruan tinggi sedang ditinjau ulang oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kemungkinan beban satuan kredit semester yang saat ini 144 dipangkas menjadi hanya 120 SKS. Dengan demikian, perkuliahan dapat lebih mendalam dan fokus untuk memantapkan kompetensi lulusan.

Direktur Pembelajaran Kemenristek dan Dikti Paristiyanti Nurwardani di Jakarta, Rabu (12/12/2018), mengatakan, Kemenristek dan Dikti sudah membuat tim khusus umtuk mengkaji beban SKS untuk jenjang sarjana. “Saat ini sedang dikaji dan kira-kira awal tahun sudah ada kebijakan resmi,” ujarnya.

Menurut Paristiyanti, Menristek dan Dikti Mohamad Nasir berharap relevansi pendidikan tinggi semakin kuat sehingga lulusan mampu adaptif dengan tuntutan perubahan. Pembaharuan dalam kurikulum dan beban SKS dikaji untuk menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan sumber daya manusia di era revolusi industry 4.0.

Perlu Kedalaman

Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Asep Saefuddin mengatakan, beban SKS di perguruan tinggi Indonesia memang masih berbasis kuantitas, bukan kualitas. Indikatornya pun sering berbasis pada jumlah, bukan kedalaman. “Untuk mencapai hasil belajar yang menghasilkan lulusan berkualitas, diperlukan pembelajaran yang mendalam. Mahasiswa butuh waktu untuk membaca, , mendapatkan materi, lalu dibiasakan untuk mengerjakan proyek atau paper yang akan membuat mahasiswa menguasai materi dengan baik, ‘’ ujar Asep.

Rektor Universitas Sebelas Maret Ravik Karsidi menambahkan, saat ini rata-rata SKS si perguruan tinggi Indonesia secara jumlah memang banyak, tetapi secara substansi kurang dalam sehingga perlu diperdalam. Padahal, di era sekarang banyak perkembangan ilmu dan kecakapan baru yang juga perlu dikuasai. Peluang tidak melulu kuliah dengan jumlah SKS yang banyak, tetapi dengan berbagai program atau kegiatan, salah satunya magang di industri.

Sementara itu, Rektor Binus University Harjanto Prabowo mengatakan, terkait dengan rencana untuk menata jumlah SKS, seharusnya yang difokuskan pada capaian pembelajaran yang dituju. Di Binus University ada program pengayaan selama dua semester yang memberikan kesempatan mahasiswa memilih pemagangan, kewirausahaan, studi di luar negeri, pengabdian masyarakat, atau memilih penelitian.

Adapun Rektor Gadjah Mada Panut Mulyono mengatakan, jumlah SKS erat kaitannya dengan kompetensi atau capaian hasil pembelajaran. Saat ini globalisasi berjalan dengan pesat. Kemitraan antara perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi luar negeri sudah bagus dan semarak. (ELN)

Sumber: KOMPAS

 

Back To Top