skip to Main Content

Membedah Peluang Emas untuk Menghadapi Tantangan 100 tahun Indonesia di “Indonesia Emas 2045”

  • uai

“Kita ini mempunyai krisis moral yang cukup memprihatinkan, rasa nasionalisme dan cinta tanah air ini kadangkala kalah dengan ketamakan manusia. Kebijakan kita dibeli, metal kita yang bodoh dan Birokrasi yang dijual” Ujar Prof. Mahfud MD, SH, selaku keynote speaker.

Jakarta (07/11) – Rabu pagi, Universitas Al Azhar Indonesia mengadakan seminar bertajuk “Indonesia Emas 2045” yang turut menghadirkan pembicara pembicara yang pakar dibidangnya. Membahas bagaimana tantangan menuju 100 tahun Indonesia, generasi muda perlu tahu, berbagai tantangan Indonesia di 2045 untuk menghadapi perubahan kondisi dan era teknologi yang akan ada. Acara yang mengundang Dr. Mahfud MD, SH, sebagai keynote speaker ini juga turut menghadirkan beberapa narasumber untuk menemani diskusi ringan mengenai Indonesia Emas 2045 yaitu : Yenny Wahid (Aktivis dan Politisi), Prasetyo Andy Wicaksono (Digitalpreneur) dan Reza Rahadian (Aktor). Dihadiri oleh jajaran dosen dari berbagai Universitas se- Indonesia, acara yang juga dibuka untuk umum ini juga diramaikan oleh kehadiran berbagai mahasiswa dari kampus kampus luar.

Menelaah 100 tahun Indonesia merdeka selalu membawa banyak topik menarik yang harus dibahas. Perkembangan ekonomi, perihal ketahanan negara hinggal moral dan budaya masyarakat didalamnya memiliki aspek masalah tersendiri. Sebagai generasi muda yang akan memegang masa depan bangsa, mengetahui lebih dalam tantangan yang harus dihadapi adalah sesuatu yang sangat penting untuk menyusun strategi kedepannya. “Kita ini telah sampai pada era 4D sebagai Future Energy yaitu : Digitalization, Distraction, Decarbonisation dan Democratization. Yang kemudian akan kita hadapi dengan  3C yaitu : Competence, Calmness dan Collaboration” ujar Prof. Dr. Ir Asep Saefuddin selaku Rektor Universitas Al Azhar Indonesia. Dalam sambutannya beliau menjelaskan pentingnya bagi generasi muda untuk sadar akan tantangan yang akan datang di era yang terus berkembang.

Dilanjutkan dengan sambutan oleh Prof. Mahmud MD, SH selaku Keynote speaker beliau mengatakan bahwa seluruh generasi muda akan berhasil sebagai generasi penerus jika setiap individu mampu merawatnya dengan baik. Menelaah apa yang akan dirawat, Indonesia memiliki demografi penduduk yang saat ini berkisar sebanyak 266 juta penduduk dengan perkiraan pertumbuhan mencapai 4 juta penduduk setiap tahunya. Ini menjadi pertimbangan yang serius ketika masyarakat Indonesia tidak mampu lagi menyeimbangi pertumbuhan SDM dengan produktivitas dan ketersediaan sumber daya alam yang ada. Dan salah satu krisis yang sedang kita alami adalah krisis moral, beliau berujar “Kita ini mempunyai krisis moral yang cukup memprihatinkan, rasa nasionalisme dan cinta tanah air ini kadangkala kalah dengan ketamakan manusia. Kebijakan kita dibeli, mental kita yang bodoh dan Birokrasi yang dijual”. Seperti salah satu konflik Indonesia dengan Malaysia masih hangat tentang hukum WTO Agreement yang menuai banyak kritikan dan kerap dianggap tidak sehat untuk perkembangan ekonomi di Indonesia. “Dimana nasionalisme ? dimana ke indonesiaannya ?” ujar beliau yang turut prihatin terhadap kondisi birokrasi di Indonesia.  Maka, tugas setiap generasi adalah mengubah semua itu dan membenahi apa apa yang saat ini sudah salah, menemukan  kembali rasa nasionalisme yang perlahan semakin menghilang.

Setelah mendapatkan gambaran singkat mengenai persoalan di Indonesia oleh Prof. Mahfud, acara dilanjutkan dengan diskusi ringan bersama narasumber yang telah hadir. Dari Yenny Wahid yang merupakan putri dari mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid ini, ketika ditanya mengenai pembekalan apa yang cocok bagi generasi masa kini, beliau menjawab “kita harus berjuang dengan keadaan yang tentunya berbeda kedepannya, karena kitalah yang akan menentukan masa depan bangsa” ujarnya.  Sedangkan Prasetyo Andy Wicaksono yang lebih dekat dengan dunia digital ini, ia mengutarakan berbagai hal mengenai bagaimana menciptakan peluang untuk terus berkreasi khususnya di platform digital. Menurutnya masyarakat sudah harus melihat permasalahan yang kerap di keluhkan dijejaring media sosial, sebagai suatu karya untuk melakukan perubahan. “Salah satu kunci untuk bertahan di era masa depan adalah dengan berfikir kritis mengapa dan kenapa” ujarnya.

Sampailah diskusi ke pembicara yang telah banyak ditunggu, aktor yang kerap membintangi film layar lebar ini sengaja diundang untuk memberikan pendapat dari prespektif generasi muda masa kini. Menurut Reza Rahadian aktor yang pernah memerankan sosok BJ. Habibie ini, salah satu kunci untuk terus berkarya dan mengasah kemampuan adalah dengan memulainya dengan hal hal yang tidak kita suka, selalu terobsesi untuk menjadi yang paling unggul dan memenuhi diri dengan berbagai asupan yang baik. Acara yang ditutup dengan penyerahan sertifikat secara simbolis kepada mahasiswa ini, berjalan sangat efektif dan partisipatif. Semoga kedepannya kampus sebagai media belajar, mampu menghadirkan kegiatan diluar kelas yang terus memotivasi mahasiswa untuk terus berkarya.

 



Back To Top